Aku sudah pernah mengalami 2 fase pekerjaan ini. Setelah lulus kuliah, alhamdulillah aku segera mendapat pekerjaan bahkan sebelum wisuda waktu itu haha jadi inget pas masih training aku udah izin ke kantor gak masuk 1 hari untuk datang ke acara wisuda di kampusku yang ada di Bandung. Kantor pertama tempatku bekerja bergerak di bidang percetakan, dan aku bekerja sebagai Account Manager di kantor tersebut yang mempunyai job desk untuk mencari klien baru dan juga mengelola klien yang sudah ada sebelumnya.
2 tahun aku bekerja di kantor pertama, setelah itu aku pindah bekerja ke kantor yang bergerak di bidang usaha pengiriman barang dengan posisi masih sebagai Account Manager hehe. Sesuai dengan job desk nya, pekerjaanku mengharuskan aku setiap harinya bertemu dengan klien. Ya, waktu bekerja ku lebih banyak di habiskan di jalan untuk bertemu klien dibandingkan dengan bekerja di depan laptop sambil duduk di meja kantor.
Jadi, sewaktu aku cuti melahirkan selama 3 bulan, bahagia banget kan dikasih waktu di rumah aja sama anak haha, walaupun ternyata baby blues (plis ingetin aku untuk cerita tentang hal ini juga di lain postingan) membuat kangen untuk bekerja dan menjauhi anak dulu sementara waktu. Namun, karena di lubuk hati yang terdalam (plus mamaku, sang IRT, sukses jadi role modelku) pengen banget setelah punya anak, aku bisa full 24 jam nemenin anak dan mengikuti perkembangannya, akhirnya setelah cuti melahirkan selesai, di bulan ke-4 aku memutuskan untuk resign dari kantorku yang jaraknya cuman 500m dari rumah (iya ini beneran hahaha).
Ternyata jarak dari kantor ke rumah yang dekat itu, tidak menghalangi niatku untuk menjadi full stay at home mom (dibaca Ibu Rumah Tangga atau IRT). Dari perjalanan karirku ini, aku murni ingin berbagi cerita dan apa yang aku rasakan perbedaannya menjadi working mom dan stay at home mom.
Sewaktu jadi working mom yang aku rasakan :
1. Merasa bersalah ninggalin anak
2. Kerja gak sepenuh hati
3. Seneng sih punya penghasilan sendiri tapi langsung sedih kalau lagi kerja dikirimin video sama foto anak, rasanya pengen buru-buru pulang ke rumah
Berbekal 3 alasan itulah aku memantapkan untuk resign hehe.
Setelah resign, ternyata drama baru sebagai stay at home mom terjadi, dan ini yang aku rasakan :
1. Seneng banget bisa full main sama anak (berlaku hingga anak belum bisa jalan,manjat-manjat, lempar sana sini ya karena itu encok zuzur wkwk)
2. Tidak punya penghasilan sendiri, gabisa jajan skincare atau boba seenaknya
3. Sedih karena terkadang suka ngerasa sendirian kalau ditinggal suami kerja, gaada temen curhat, anti sosial karena jarang keluar rumah
Berbekal 3 alasan itu, sekarang aku sedang mulai merintis pekerjaan baru sebagai WORKING FROM HOME MOM. Nah working from home mom ini, akan ku lanjutkan nanti di postingan berbeda ya biar gak keluar jalur kita dari judul hahaha.
Setelah cerita dari aku ini, semoga para mommies yang baca ini dan sedang galau mau tetep kerja atau engga bisa terbantu yaa. Kalau mau sharing juga boleh aku tunggu komentarnya yaa atau kalau mau DM ke instagramku juga boleh di @maulidads . Ku tunggu sharingnya yaa moms 😊
Love,
Maulida
Saya pernah ngalamin Mom, malah beda kota, saya tinggalkan anak, saya ke ibukota, kurang lebih 3 tahun. Kalau lagi rindu saya menahan rasa ingin menangis supaya anak saya ngga sedih. Waktu itu kedua puteri saya sudah kelas 3 dan kelas 5 SD. Beneran deh, nyesel banget kenapa harus ninggalin anak selama itu. Untungnya anak-anak tetap dekat secara emosi dengan saya. Waktu itu saya single parent. Ini jadi pengalaman berharga yang mahal, lebih baik kerja tetap serumah dengan anak-anak. gaji kecil tapi bisa dekat dengan anak-anak, masa-masa anak bertumbuh ngga bisa diulangi kan. Itu pendapat saya ya, Mom. :)
ReplyDelete