Hai kamu, iya kamu yang lagi membaca tulisan ini. Bolehkah aku bertanya padamu, siapa kamu? Siapa namamu? Apa kabarmu? Apakah kamu bahagia? Apa cita-citamu? Apa tujuan hidupmu? Rasanya terlalu banyak pertanyaan yang ku sampaikan. Apakah kamu bisa menjawab semua pertanyaan itu? Jika aku yang ditanya olehmu, sepertinya belum tentu aku bisa menjawabnya.
Saat malam, ah sepertinya siang juga pernah bertanya
kepadaku mengenai hal ini, aku terkadang hanya bisa terdiam sejenak, kembali
menanyakan diriku juga, siapa sebenarnya aku? Apa tujuan hidupku? Apakah aku
sudah bahagia?
Dianugerahi title seorang ibu, istri, dan wanita sendiri
sangat aku syukuri, walaupun terkadang title itu membuat aku kebingungan akan
jati diriku sendiri.
Apakah aku seorang ibu yang harus merawat anakku, atau seorang
istri yang harus mendampingi suami sampai melupakan kebutuhanku sendiri sebagai
seorang wanita dan manusia ? Bahkan, aku pun juga harus ingat bahwa aku adalah
seorang anak yang harus membahagiakan orang tuanya, apakah harus begitu?
Pada akhirnya yang bisa kulakukan hanyalah berdamai dengan
diriku sendiri. Menerima bahwa aku hanyalah ciptaan Tuhan yang diberikan berbagai
macam tugas dan cobaan di dunia.
Krisis identitas diri ini bermula saat aku pindah rumah ke
lingkungan perumahan dan tinggal mandiri dengan suami dan anakku, karena
sebelumnya aku masih menumpang di rumah mama karena kondisi masih punya bayi
dan butuh bantuan. Setelah anakku menginjak usia 1 tahun, akhirnya aku pindah rumah
karena butuh space rumah yang lebih luas.
Singkat cerita di perumahan ini, jumlah kepala keluarganya
tidak banyak, hanya sekitar 20-25 rumah. Sehingga, hubungan antar warganya pun
juga pasti saling mengenal satu sama lain. Tentunya ada grup whatsapp dan juga
berbagai kegiatan yang dilakukan disini. Sampai suatu saat aku masuk ke dalam
grup whatsapp tersebut, dan mendapatkan lingkungan baru yang memanggilku bukan
dengan namaku lagi, melainkan nama anakku. Ya, aku dipanggil “Mama Kai” , bukan
dengan namaku “Mbak Maulida” lagi hahaha (karena kebiasaan dulu di lingkungan
kerja kan pasti dipanggilnya dengan sebutan Mbak/Ibu tapi masih dengan nama
sendiri. Untung saja sih belum sampai dipanggil Bu Rolan (nama suamiku) seperti
ibu-ibu zaman dulu yakan hahaha.
Namun, krisis itu ku rasa bermula dari grup whatsapp itu.
Diperparah lagi dengan aku ikut komunitas online dimana anggotanya kebanyakan
ya ibu-ibu, semakin menjadi lah aku dipanggil “mom” , padahal dalam hati aku
lebih nyaman dipanggil “mbak maulida” sih haha, tapi ya balik lagi aku harus
berdamai dengan diri sendiri dan menerima bahwa aku sudah bukan lagi maulida
yang berdiri sendiri.
Kalau kamu gimana? Pernah gak mengalami krisis identitas
diri? Sharing yuk di kolom komentar.
Aku pernah juga seperti itu, dulu waktu SMP aku dipanggil cover boy oleh teman-temanku. Setelah menginjak SMA aku dipanggil Oyot. Hingga sampai akhirnya menginjak bangku kuliah aku di panggil Simel. Tapi untungnya saat dunia kerja saya di panggil Bapak. Sekian
ReplyDeleteAku pernah juga seperti itu, dulu waktu SMP aku dipanggil cover boy oleh teman-temanku. Setelah menginjak SMA aku dipanggil Oyot. Hingga sampai akhirnya menginjak bangku kuliah aku di panggil Simel. Tapi untungnya saat dunia kerja saya di panggil Bapak. Sekian
ReplyDeleteAku juga seperti itu mom.. bahkan hampir tidak percaya kalau sekarang sudah menjadi ibu rumah tangga dengan satu anak. Berasa baru Kemarin lulus kuliah, kerja.. ehh taunya sudah di panggil mama saja 😁 yuk berdamai mom biar tetep sehat jiwa dan raga 🤗
ReplyDeleteBener banget beb haha. Dulu dipanggil Nofia.. skrg Ibuk Harahap (Marga Paksu) atau mamaken-kei🤣🤣 dah ga berlaku lagi nama Nofia..
ReplyDeleteBener mom, ku juga merasakan itu sekarang, perlahan nama panggilan kita menjadi nama ibunya anak anak
ReplyDeleteBener mom.. apalagi pas aku awal punya anak ditanya mau dipanggil ibu,umi,bunda atau mamah.. dalem hati berkata sekarang aku udah tua yak😅
ReplyDeleteKayaknya emak emak yg udah punya anak ngalamin hal yg sama ya mom 😅😅
ReplyDeleteI feel you beb, waktu udh punya anak sih belum berasa karna masih manggil aku dengan nama atau mbak, pas anakku sekolah playgroup otomatis aku dipanggil mama deeva, ya ampun jiwa ku rasa menolak😭🤣
ReplyDeleteSama sih karna sudah menjadi ibu kebanyakan manggilnya mama+nama anak . Aku juga begitu 😆
ReplyDeleteSri lestari
Yups.. Namaku berubah waktu ikut paskibra.. Jadi chomel..sekarang berubah jadi nama anak😁
ReplyDeletebener juga ya mom. hehe.. aku pun juga mulai dikenal sebagai mamak arya.. bukan mbak wulan lagi.. dan bener banget.. kadang bingung sama identitas diri sendiri.. ibu iya.. istri iya.. eh juga sebagai anak yg harus berbakti.. masyaAllah..
ReplyDeleteHai juga salam kenal mom.~ trnyata sama ya mom. Aku juga kdg bertanya tanya sendiri apa ya tujuan hidupku. Pengen karir sekarir karirnya tp punya tanngung jawab anak. Pengem besar dn dampingin anak fuull time tapi kepemgen karir syg pendidikan
ReplyDeleteHaha iyaa aku juga sekarang dipanggil bunda khidir, padahal aku sukanya dipanggil kak vera. Wkwkwk maunya muda teruss
ReplyDeleteKalau aku sih karena baru punya baby juga atau emang gak mikirin soal panggilan jadi gak gitu ngeuh😂 demi kesehatan jiwa raga aku gak gitu mikirin sih, yang penting tau tugas/tanggung jawab dan berdamai sama diri sendiri biar happy hihi semangaaat
ReplyDeleteudah berkeluarga jadi di lingkungan pun berubah nama ikut nama suami atau mama + nama anak...
ReplyDeleteKlo aku sih karena blm punya anak, yg dulunya biasa dipanggil dengan sapaan "Kakak" lalu sekarang2 sudah banyak yg manggil "Ibu Khusnil" (semoga panggilannya jadi doa buat aku, segera betul menjadi seorang ibuu) 😆
ReplyDeleteIya baru2 ini aku jg mengalami. Krisis identitas diri.
ReplyDelete3th sebelumnya sih seperti di masa quarter life crisis.
Ya aku sadar. semua itu terjadi karena tempaan untuk mematangkan diri di waktu sebelumnya kurang maksimal. Menghasilkan manusia yg blm blm mapan secara mental
iya aku prnah ngerasain waktu anak lahir panggilan berubah jd “ibu/mama aletha” krna waktu itu fokus ngurus anak jd aku gak pikirin , pas anak udh mulai umur 2th ngerasa kok kyk tua bgt dipanggil ibu/mama . jd dari situ aku mulai ngerubah style tampilanku jd generasi menolak tua hahaha
ReplyDeleteSamaa.. aku pun skrg lebih dipanggil mama medin. Nama anak ku .. bener2 ga bisa nolak ya krn emang udah keadaan yg ngebuat kita dipanggil jadi nama anak ya .. huhuuu .. idah jarang bgt yg mamggil nama ku sndri ..
ReplyDeleteIya juga yaaa,, baru ngeh, sejak punya anak, jarang tetangga yang manggil nama kita langsung yaa, , Biasanya manggil Mama + nama anak,, 🤭🤭
ReplyDeleteAkuuu.. waktu hamil anak ke-dua. aku mulai merasa nggak kenal diri aku sendiri. Karena biasa dikenal Ibu Runi atau Ibu Irfan. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut bergabung dengan komunitas dan mulai memberdayakan diri.. untuk menjadi aku.
ReplyDeletePernah banget jaman masih SMA suka di panggil semok sama temen2 😅😅 tpi aku sih orangnya cuek yah.. jadi fine fine aja di panggil apa aja sama temen2 ku anggep itu nama kesangan buat aku dari temen2 biarpun kadang ada yg panggil ndut juga 😅😅 tpi yaudah sih 😅😅 emang nyatanya ndut juga 😅😅
ReplyDelete